Rabu, 20 November 2013

Musyawarah

kemarin,baru saja saya berdialog dengan seorang teman lama. Dia adalah mahasiswa semester 3. Topik yang kita bicarakan tergolong rinngan,musyawarah. Dia bercerita tentang kekesalannya pada negara ini. tidak ada musyawarah yang dirasa sama dengan paham pancasila, yang sejak SD sampai SMA disampaikan dalam setiap pertemuan mata pelajaran PKN. Semuanya itu hanyalah teori belaka. Hanya seperti formalitas belaka. kelihatannya memang, berkumpul satu meja, merapatkan permasalahan yang ada, lalu mencari solusinya bersama. Tapi, yang dibahas sebenarnya adalah, menyelesaikan permasalahan masing-masing individu. Mencari aman dan selamat diri sendiri. Memang sih, kelihatannya setelah hasil musyawarah itu dilakukan realisasi dari hasil musyawarah, tapi, dalam jangka waktu yang relatif pendek, ujung-ujungnya toh balik lagi, ke jalan sesat. Balik lagi pada trobel yang sama. Mbulet lagi. Ruwet lagi. Gak dari pejabat sampek anak kuliahan, semua prinsipnya sama saja. Musyawarah yang mana sarana untuk mencapai mufakat malah jadi ajang menyelamatkan diri sendiri, mencari untung sendiri. Malah mungkin disempatkan untuk guyonan. Banyak dari kita yang sebenarnya sudah jenuh, putus asa melihat hasil dari ini semua. Muayawarah yang percuma. Barangkali, negara demokrasi yang berubah menjadi negara otoriter dan diktator, mungkin dahulunya punya sejarah yang miris. Terlanjur pesimis melihat fakta yang tidak sesuai dengan harapan. Demokrasi yang tidak berjalan, yang mana pada akhirnya dirasa, mungkin lebih baik diktator tapi ada hasil, daripada demokrasi tidak berbuah hasil. Barangkali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar